tribunjepara.com – Sering beredar kabar di media sosial, berita kurang benar mengenai Laku Topo Wudo yang dilakoni oleh Kanjeng Nya Ratu Kalinyamat. Masih banyak masyarakat yang salah kaprah dalam memaknai Topo Wudo tersebut. Padahal hakikatnya, Topo Wudo harus diartikan secara simbolis dan bukan secara harfiyah (Mitos).
Tim Investigasi Tribun Jepara melakukan Napak Tilas ke Pertapaan Ratu Kalinyamat yang berada di Dukuh Sonder, Desa Tulakan, Kec. Donorojo Jepara. Perjalanan kali ini membawa Tim Investigasi menguak makna tentang Laku Topo Wudo Kanjeng Ratu Kalinyamat, agar dapat menjadi sumber informasi dan sarana edukasi bagi masyarakat.
“ Secara simbolis makna Topo Wudo menggambarkan proses pensucian diri dengan meningalkan keduniawian, gemerlap istana, dan semua atribut singgasananya sebagai seorang Ratu untuk berbaur dengan masyarakat. Hakikatnya Topo Wudo Ratu Kalinyamat adalah bentuk penghambaan seorang insan berpasrah diri Kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk meminta petunjuk dan keadilan atas terbunuhnya Sultan Hadirin atau suami dari Ratu Kalinyamat,” Terang Muchlisin juru kunci Kamis 16/2/2023 pukul 17.00 wib di lokasi Pertapaan.
Sejarahnya Ratu Kalinyamat adalah seorang putri dari Sultan Trenggono, Penguasa ketiga Kerajaan Demak setelah Pangeran Sabrang Lor dan Raden Patah. Dengan Nama Asli Retno Kencono, Kanjeng Ratu Kalinyamat berkuasa sebagai Adipati Jepara yang wilayahnya mencakup Kudus, Pati, Rembang, dan Blora.
“ Kisah pertapaan Ratu Kalinyamat juga banyak disebut dalam kejadian Babat Perang Demak, hal ini dilatar belakangi karena Sultan Hadirin dibunuh oleh Arya Panangsang sehingga membuat Ratu Kalinyamat menuntut keadilan atas kejadian tersebut.”
“ Ratu Kalinyamat bersumpah “ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa ingsun yen durung iso kramas getihe lan kesed jambule Aryo penangsang”. Yang artinya dia tidak akan menghentikan laku tapanya jika belum bisa keramas rambut dengan darah Arya Penangsang.”
Lebih lanjut Muchlisin menyampaikan, Dibalik sosoknya yang kharismatik, Ratu Kalinyamat dikenal sebagai sosok yang disegani karena keberaniannya dalam memerangi penjajah di Nusantara. Sang Ratu berhasil menjadikan Jepara sebagai satu diantara kota pelabuhan terbesar di Pulau Jawa, Tuturnya.
Selama berkuasa di Jepara, Ratu Kalinyamat berhasil membangun kekuatan laut yang besar dan kuat. Dalam Sejarah, Ratu Kalinyamat menjadi pelopor pertahanan kelautan dengan para penguasa dari kerajaan Cirebon, Banteng, Palembang, Aceh, Malaka, serta Tidore.
Apa yang dilakukan Ratu Kalinyamat adalah hal yang luar biasa dan mengandung nilai sejarah, beliau adalah sosok yang memiliki Wawasan Nusantara sejatinya. Namun sangat disayangkan hingga kini, masih banyak orang yang belum mengetahui tentang Ratu Kalinyamat, Pungkas Muchlisin.
Di lokasi Wartawan Tribun Jepara melihat langsung kondisi sungai ( Kali ) Gajah yang di beri nama oleh Nyai Ratu Kalinyamat, di beri nama Kali Gajah karena dahulu di Kali tersebut terdapat batu yang menyerupai gajah, hanya seiring berjalan waktu, batu tersebut hilang terbawa banjir.
Di tempat inilah Ratu Kalinyamat mandi dan bersuci, sebelum menuju ke Pertapaannya. Dan tidak seperti Mitos yang beredar bahwa Ratu Kalinyamat mandi dan laku Tapa tidak menggunakan busana.
Di tempat pertapaan terlihat bangunan khusus di kelilingi kaca kaca agar dapat melihat kedalam lokasi Ratu Kalinyamat bertapa. Dan Untuk menghormati dan mendoakan Sang Ratu setiap Malam Jum’at Wage Masyarakat desa setempat melakukan Tradisi doa bersama, dengan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, untuk mengenang perjuangan Ratu Kalinyamat. (andi kurniawan)