tribunjepara.com – Angka Stunting di Kecamatan Kalinyamatan 18,1 % dan termasuk tinggi di Kabupaten Jepara di banding dengan Kecamatan lainnya.Puskesmas Kecamatan Kalinyamatan lakukan upaya upaya keras dalam menurunkan angka tersebut, dengan lakukan koordinasi dengan Forkopimda berupa ayah asuh untuk anak anak Stunting dan bantu memberikan makanan tambahan terutama anak anak Batita ( Bawah Tiga Tahun ).
Kepala Puskesmas Kecamatan Kalinyamatan dr. Lupi Murwani, MM dalam konfirmasinya di Ruang kerjanya menuturkan,” Di Kalinyamatan jumlah anak yang terkena stunting sekitar 18.1% , dan ini termasuk tinggi. Dan ini adalah PR untuk dinas kesehatan khususnya Puskemas Kalinyamatan, Perintah dari PJ Bupati sampai dengan bulan Maret harus bisa menurunkan menjadi 10% dari angka 18,1% jumlah anak yang terkena stunting,” Tuturnya Kamis 23/2/2023.
“ Kegiatan stunting di kecamatan Kalinyamat di utamakan adalah batita dibawah umur dua tahun, karena yang mudah di interferensi adalah batita. Dari dinas kesehatan sudah disiapkan PMT ( pemberian Makanan Tambahan ) Susu, vitamin, serta biskuit.
Dalam hal Stunting, Pemerhati tidak hanya dari dinas kesehatan, tapi juga melalui dinas dinas yang lain dan sudah kolaboratif seperti DP3AP2KB, mempunyai dana untuk pendampingan atau disebut juga ibu asuh untuk menangani agar anak yang terkena stunting bisa rutin memakan makanan sehat dan bergizi, “ ucap dr Lupi ramah.
‘Kemudian dari Kodim juga sebagai ayah asuh, Dari Polres juga sudah meminta data, dan kemungkinan akan menjadi ayah asuh juga untuk anak anak stunting. Dan desa juga sudah menggiatkan kegiatan desa dan menggunakan dana desa untuk kesehatan, terutama untuk kebutuhan PMT batita. Sesuai dengan kemampuan warga desa dan tidak mematok budget tertentu, mungkin bisa dimulai dari Rp. 5000, atau Rp. 10.000.
Lebih lanjut dr Lupi menyampaikan,” Dari kami sendiri dalam mengatasi kasus stunting ini adalah memberikan edukasi kepada ibu ibu hamil dan di adakan nya kelas ibu hamil, jadi harus di mulai sejak dalam kandungan. Dan juga memberikan penjelasan sejak awal pernikahan, jangan sampai nantinya mencetak generasi stunting,” Imbuhnya.
Menurut dr. Lupi,” Kendala utama tingginya kasus stanting di Kalinyamatan adalah banyaknya wanita yang bekerja, Karena di wilayah Kalinyamatan banyak sekali terdapat perusahaan, sehingga para ibu yang bekerja banyak yang menitipkan batitanya untuk di asuh orang lain.
Ia menghimbau,” Bagi ibu yang masih produksi ASI sebaiknya simpan stock ASI yang banyak sehingga saat ditinggalkan ibu nya untuk bekerja, ASI masih bisa di berikan kepada batita tersebut. Tapi ternyata banyak batita yang akhirnya hanya diberikan susu formula, dan jarang memperhatikan kebersihan untuk botol susunya, sehingga anak-anak tersebut bisa terjangkit beberapa penyakit seperti diare, atau penyakit lainnya. Pemicu stunting itu tidak hanya karna kurang asupan gizi, tetapi juga bisa dikarenakan penyakit kronis seperti bronkopnemoni pada bayi atau batita, bisa juga karena penyakit bawaan seperti downsindrom , pola asuh yang salah juga bisa mempengaruhi stunting.
Harapan kami bisa menangani stunting hingga bulan Maret, bisa sesuai harapan untuk menurunkan angka persentase stunting untuk wilayah Kalinyamatan. Mudah mudahan bisa turun maksimal,” Pungkas dr. Lupi. (once)